Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM
sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta
Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih
dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur
kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik
(Yunani),
Asia Tengah,
Asia Timur
dan Asia Tenggara.
Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir
seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan
banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya
adalah aliran tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa
pasang dan surut.
Rabu, 23 Mei 2012
ALIRAN TANTRAYANA,MANTRAYANA,VAJRAYANA
“Aliran Tantrayana, Mantrayana dan Vajrayana”
Aliran Tantrayana, Mantrayana dan Vajrayana
1.
Aliran Tantrayana
Ajaran
Tantrayana yang mulai diperkenalkan secara luas oleh Buddha Padmasambava yang
terlahir dari sebuah teratai tidak mempunyai orang tua kandung, langsung
terlahir dalam sebuah teratai dengan berwujud seorang bocah yang telah berusia
delapan tahun. Dari kelahirannya yang sangat mukjizat dan rahasia (disebuah
pulau yang tidak berpenghuni manusia) ini saja sudah tercermin dari ajarannya.
Tantra itu menggabungkan
keperluan kebaktian dari umat dengan latihan meditasi dari sekte Yogacara, dan
dengan metafisika-Madhyamika. Walaupun keseluruhannya, dan sudah tentu akan
adanya suatu kekeliruan besar untuk menginterpretasikan Buddhism-Tantra sebagai
suatu gerakan dari penyatuan.
Tantra itu mewakili di antara
sekte-sekte Mahayana, panca indera mengenai semangat, secar tradisi ditegaskan
sebagai terdiri dari perawatan dan hasil dari yang bermanfaat, dan menghapuskan
serta gangguan dari yang tidak bermanfaat, keadaan mengenai pikiran. Dengan
keadaan bermanfaat dari Jhana, atau Dhyana, pikiran yang terutama dimaksudkan.
Maka dari itu kepentingan yang didominasi Tantra bukanlah teori tetapi praktek.
Yogacarin menekankan Meditasi, walaupun asalnya suatu protes terhadap satu
sisi, akhirnya bertemu nasib yang sama, dimengerti untuk mengartikan bukan
perolehan yang sebenarnya dari dhyana tapi suatu teori, bukan mengatakan
spekulasi, interpretasi mengenai existensi di dalam cahaya dari pengalaman ini.
Aliran Tantrayana dalam Agama Buddha
Sekte Tantrayana merupakan sekte yang lahir
dari Mahayana, dapat dikatakan Tantrayana adalah aspek esoteric Buddhisme
khususnya Mahayana. akan tetapi sekte Tantrayana ini pun terbagi lagi menjadi
tiga aliran antara lain :
1. Mantrayana
2. Vajrayana
3. Sahajayana
Meskipun ketiga aliran ini lahir dari sekte Tantrayana yang
merupakan sekte dari Mahayana, tapi tiga aliran ini lebih berkembang pada sekte
Mahayana itu sendiri atau mempengaruhi sekte Mahayana itu sendiri.
2.
Mantrayana
Pokok-pokok dari ajaran Mantrayana dapat dilihat dari karya
Padma-Dkarpo, tujuan dari Mantrayana ini sama seperti aliran dalam agama Buddha
lainnya yaitu ingin mencapai penerangan sempurna.
Cara untuk mencapai tujuan tersebut menurut aliran Mantrayana
adalah mengambil perlindungan serta mempersiapkan diri dengan berpedoman pada
Boddhicitta. Boddhicitta ini terbagi menjadi dua antara lain :
- Boddhi pranidhi citta, yaitu tingkat persiapan untuk mencapai kebuddhaan
- Boddhi prasthana citta, yaitu pelaksanaan sesungguhnya dalam usaha menuju cita-cita
3.
Vajrayana
Tujuan dari aliran ini adalah mencapai kesempurnaan dalam
penceerahan dengan tubuh fisik kita ini di kehidupan ini juga tanpa harus
menunggu hingga kalpa-kalpa uang tak terhitung. Dalam aliran Vajrayana untuk
mencapai pembebasan harus melalui proses panca skhandha, yaitu suatu konsep
dalam agama Buddha yang menyatakan bahwa manusia adalah merupakan kombinasi
dari kekuatan atau energy fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak
dan berubah, yang disebut lima kelompok kegemaran yaitu :
1. Rupakhanda (bentuk)
2. Vedanakhanda (perasaan)
3. Sannakhanda (pencerapan)
4. Sankharakhanda (bentuk-bentuk pikiran)
5. Vinannakhanda (kesadaran)
Vajrayana memandang alam kosmos dalam kaitan ajaran untuk
mencapai pembebasan. Di dalam Vajrayana Buddha bermanifestasi dan berada
dimana-mana, oleh karenanya memiliki elemen-elemen seperti tanah, air, api,
angin, angkasa, dan kesadaran.
-
Sahajayana
Merupakan aliran yang memiliki hubungan erat dengan Vajrayana.
Sahajayana menyatakan kenyatan dan bentuk kenyataan adalah tidak terpisah satu
dengan yang lainnya, bukan dengan suatu jembatan melainkan keduanya identik satu
dan yang lainnya.
Sesungguhnya yang diajarakan Sahajayana bukanlah system yang
intelektual, tetapi lebih bersifat sauatu disiplin yang keras dan harus
dilakukan serta hal ini menjadikannya sulit untuk dimengerti dan dibuat
batasan-batasannya. Aspek dari ajarannya adalah :
1. Dristi, yaitu pandangan yang didasarkan pada pengalaman.
2. Bhavana, yaitu kemajuan batin yang diperoleh berdasarkan
Sahajayana.
3. Carya, yaitu hidup dan berbuat sebagaimana mestinya.
4. Phala, yaitu pemanunggalan dari keperibadian.
ALIRAN HINAYANA DAN MAHAYANA
“ALIRAN
HINAYANA DAN MAHAYANA”
ALIRAN HINAYANA DAN MAHAYANA
Latar belakang Mahayana dan Hinayana
Antara abad 1 SM hingga 1 M, kedua
istilah Mahayana dan Hinayana muncul di Sutra Saddharma Pundarika atau "Sutra Teratai Ajaran Kebajikan". Kira-kira abad ke-2 M,
Mahayana didefinisikan secara jelas. Nagarjuna mengembangkan filosofi
"kekosongan" Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah
"Kosong" dalam buku kecil "Madhyamika-karika". Kira-kira
pada abad ke-4, Asanga dan Vasubandhu banyak menulis buku-buku Mahayana.
Setelah abad ke-1 M, kaum Mahayana meneguhkan pendiriannya dan setelahnya
istilah Mahayana dan Hinayana mulai dikenal.
A. Aliran
Hinayana
Istilah Hinayana (Sanskerta: हीनयान) adalah istilah dalam agama Buddha yang
muncul setelah Mahayana berkembang. Istilah ini sebenarnya kurang
tepat dipakai. Penggunaan pasangan yang lebih baik adalah Theravada - Mahayana,
dan bukannya Hinayana - Mahayana. Hinayana berarti kendaraan kecil, yang
menunjukkan jumlah pengikut agama Buddha yang lebih sedikit
dibandingkan aliran Mahayana (kendaraan besar). Aliran Hinayana
disebut juga aliranTheravada. Hinayana merupakan aliran agama Buddha yang
menekankan kemurnian dan keotentikkan ajaran agama Buddha sesuai dengan yang
diajarkan Buddha Siddharta Gautama. Tidak seperti Mahayana yang
menggunakan bahasa Sanskerta, Hinayana menggunakan bahasa
Pali dalam peribadatan dan teks Tripitaka. Saat ini basis utama
pengikut aliran Hinayana tersebar mulai dari Srilanka, Bhutan, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kamboja,
dan Laos
Pokok ajaran Hinayana :
a) Segala
sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja. Apa yang berbeda
untuk sesaat saja itu disebut dharma. Oleh karena itu tidak ada sesuatu
yang tetap berada. Tidak ada aku yang merasa, sebab yang ada adalah perasaan,
demikian seterusnya.
b) Dharma-dharma
itu adalah kenyataan atau relasi yang kecil dan pendek, yang berkelompok
sebagai sebab dan akibat. Karena pengaliran dharma yang terus-menerus maka
timbullah kesadaran aku yang palsu atau ada”perorangan” yang palsu.
c) Tujuan
hidup ialah Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan. Sebab segala kesadaran adalah
belenggu karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran terhadap sesuatu. Apakah
yang tinggal berada di dalam Nirwana itu, sebenarnya tidak diuraikan dengan
jelas.
d) Cita-cita
yang tertinggi ialah menjadai arhat, yaitu orang yang sudah berhenti
keinginannya, ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak
ditaklukkan lagi pada kelahiran kembali.
Kitab Suci Hinayana:
- Vinaya Pitaka, (peraturan-peraturan golongan para Bhiksu) berbicara mengenai Sangha. Terdiri dari 3 buah tulisan yang yang membicarakan peraturan-peraturan tata-tertib bagi para bhiksu.
- Sutta Pitaka, (keranjang pengajaran). Memuat 4 buah kumpulan yang besar dari pelajaran buddha. terdiri dari bermacam-macam ceramah yang diberikan oleh Buddha.
- Abhimdhamma Pitaka, berisi analisis ajaran Buddha. Terdiri dari 7 buah naskah, yang merupakan uraian-uraian ilmiah yanmg kering tentang dogmatika.
B. Aliran
Mahayana
Mahayana (berasal dari
bahasa Sanskerta: महायान, mahāyāna yang secara harafiah berarti 'Kendaraan Besar')
adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah
pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan
di India, digunakan atas tiga pengertian utama:
1.
Sebagai tradisi yang masih berada, Mahayana merupakan
kumpulan terbesar dari dua tradisi Agama Buddha yang ada hari ini, yang lainnya
adalahTheravada. Pembagian ini seringkali diperdebatkan oleh berbagai kelompok.
2. Menurut cara pembagian klasifikasi
filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada
tingkat motifasi spiritual. (yang dikenal juga dengan sebutan Bodhisattvayana) Berdasarkan
pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau
Shravakayana. Hal ini juga dikenal dalam Ajaran Theravada, tetapi tidak
dianggap sebagai pendekatan yang sesuai.
3.
Menurut susunan Ajaran Vajrayana mengenai
pembagian jalur pengajaran, Mahayana merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju
pencerahan, dua lainnya adalah Hinayana dan Vajrayana. Pembagian pengajaran
dalam Agama Buddha Vajrayana, dan tidak dikenal dalam ajaran Agama Buddha
Mahayana dan Theravada.
Walaupun asal-usul keberadaan Mahayana mengacu
pada Buddha Gautama, para sejarawan berkesimpulan bahwa Mahayana berasal dari
India pada abad ke 1, atau abad ke 1 SM. Menurut sejarawan, Mahayana
menjadi gerakan utama dalam Agama Buddha di India pada abad ke 5, mulai masa
tersebut naskah-naskah Mahayana mulai muncul pada catatan prasasti di
India. Sebelum abad ke 11 (ketika Mahayana masih berada di India),
Sutra-sutra Mahayana masih berada dalam proses perbaikan. Oleh karena itu,
beragam sutra dari sutra yang sama mungkin muncul. Terjemahan-terjemahan ini
tidak dianggap oleh para sejarawan dalam membentuk sejarah Mahayana.
Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana
menyebar keseluruh Asia Timur. Negara-negara yang menganut ajaran Mahayana
sekarang ini adalah Cina, Jepang,Korea dan Vietnam dan
penganut Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang diakibatkan oleh
invasi Cina ke Tibet). Aliran Agama Buddha Mahayana sekarang ini adalah
"Pure
Land", Zen, Nichiren, Singon, Tibetan dan Tendai.
Ketiga terakhir memiliki aliran pengajaran baik Mahayana maupun Vajrayana.
Pimpinan Besar Mahayana
Ada tiga pimpinan besar Mahayana yang
terkenal dengan julukan “Tiga Matahari Mahayana”, karena merekalah yang
memancarkan sinar Mahayana hingga sampai di sebagian besar benua Asia seperti ;
Tibet, Nepal, Monggolia, Tiongkok, Korea, Jepang dan Indonesia.
-
Nagarjuna
Salah satu dari ahli-ahli filsafat terbesar di Mahayana adalah Nagarjuna, yang
menurut cerita hidup sekitar abad ke-2 M. Golongannya itu dinamakan juga
golongan Madhyamika atau penganut jalan tengah. Nagarjuna adalah pimpina Sangha
yang ke 14. Beliau mendirikan suatu perguruan Mystik yang bernama Madhyamika
dan membuat kitab :
Madhyamika
Suttra yang berisi penuh dengan Mystik
dan Metaphysika.
Prajanaparamita yang menceritakan tentang kekosongan benda-benda
semuanya, juga tentang apa yang dinamakan Paramita (Enam kesempurnaan yang
dimiliki oleh setiap Boddhisattva).
-
Aryasangha
muncul sekitar abad ke-4 M. Aryasangha menjadi tokoh yang sangat penting dari
suatu golongan falsafi, yang telah berkembang sebelum zamannya dan yang
terkenal dengan dua nama : “Vijnanavadin” (mereka yang mengajarkan bahwa yang
sejati itu hanya kesadaran) dan “Yogacara” (mereka yang menempuh jalan yoga).
Beliau membuat kitab bernama Yogacarabhunicastra.
1.
Canti Deva adalah salah satu pimpinan besar Mahayana
yang terakhir. Dia mengarang kitab berjudul :
Ciksasammucchaya (ikhtisar para siswa) berupa kitab syair.
Bodhicaryavatara (jalan yang menuju kearah kebangunan kebijaksanaan)
Kitab Mahayana
Salah satu diantanya yang paling
terkenal ialah Vimalakirti Sutra, yang berisi tentang seseorang yang
berumah tangga tetapi hidupnya lebih suci daripada semuanya Bodhisattwa.
Banyak kitab-kitab Mahayana yang tidak
boleh kita lupakan yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Yaitu :
Karandavyuha
Sukhavatisvaha
Saddharmapundarika
Lankavatara Sutra
Avatamkara sutra
Vajraccedhika Sutra
Perbedaan aliran Hinayana dan
Mahayana,yaitu:
1.
Jika
aliran Buddhisme Hinayana pada dasarnya memandang manusia sebagai pribadi, yang
persamaan haknya tidak bergantung kepada penyelamatan orang lain, aliran
Mahayana berpendirian sebaliknya. Oleh karena kehidupan itu satu, nasib
seseorang berkaitan dengan nasib manusia seluruhnya. Mereka berpendapat bahwa
hal ini terkandung dalam ajaran pokok Sang Buddha tentang anatta yang
seperti telah kita ketahui berarti bahwa semua makhluk dan semua hal tidak
mempunyai kemandirian.
2. Aliran Hinayana berpendapat bahwa nasib manusia di alam semesta
ini terletak di tangannya sendiri. Tidak ada dewa-dewa ataupun kekuatan yang
melebihi manusia untuk membantunya mengatasi kesulitan hidup ini. Bagi Aliran
Mahayana, adanya rahmat bagi semua orang merupakan suatu kenyataan. Kedamaian
yang ada di dalam hati semua manusia di sebabkan karena adanya suatu kekuatan
tanpa batas, yang berakar dalam Nirwana, yang tanpa kecuali memperhatikan
setiap jiwa dan berada dalam setiap jiwa itu, dan pada saatnya yang tepat akan
menarik setiap jiwa itu ke tujuan itu.
3. Dalam Aliran Hinayana, kebajikan utama adalah bodhi, kearifan,
yang lebih mengutamakan perbuatan yang tidak mementingkan diri sendiri dari
pada perbuatan aktif mencari kebenaran. Aliran Mahayana menempatkan istilah
lain sebagai pusat perhatiannya, yaitu karuma, kasih sayang.
4. Aliran Buddhisme Hinayana berpusat pada rahib. Biara-biara
adalah pusat kehidupan rohani negeri-negeri dimana aliran ini dianut oleh
banyak orang yang mengingatkan semua orang akan adanya kebenaran agung yang
pada akhirnya memberi makna kepada kehidupan ini merupakan pembenaran terakhir
bagi dunia. Sebaliknya, aliran Buddha Mahayana merupakan agama bagi orang awam.
Bahkan para rahibnya diharapkan merupanyai perhatian utama melayani perhatian
utama untuk melayani orang awam.
1.
Sebagai tradisi yang masih berada, Mahayana merupakan kumpulan terbesar
dari dua tradisi Agama Buddha yang ada hari ini, yang lainnya adalah Theravada.
Pembagian ini seringkali diperdebatkan oleh berbagai kelompok.
2. Menurut cara pembagian klasifikasi
filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada
tingkat motifasi spiritual (yang dikenal juga dengan sebutan Bodhisattvayana)
Berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau
Shravakayana. Hal ini juga dikenal dalam Ajaran Theravada, tetapi tidak dianggap
sebagai pendekatan yang sesuai.
3.
Menurut susunan Ajaran Vajrayana mengenai
pembagian jalur pengajaran, Mahayana merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju
pencerahan, dua lainnya adalah Hinayana dan Vajrayana. Pembagian pengajaran
dalam Agama Buddha Vajrayana, dan tidak dikenal dalam ajaran Agama Buddha
Mahayana dan Theravada.
AGAMA BUDDHA DI KOREA DAN DI JEPANG
A. Agama
buddha di jepang
Berbeda
dengan keadaan di China di mana agama Buddha berawal dari lingkungan keluarga,
di Jepang pengenalan agama Buddha menjangkau bangsa Jepang secara menyeluruh.
Agama Buddha diperkenalkan ke Jepang melalui Kudara di Pakche, salah satu
kerajaan di semenanjung Korea pada tahun 522, dan oleh penguasa politik Jepang
pada waktu itu dimaksudkan sebagai perlindungan bagi negara. Agama baru ini
diterima oleh dinasti Soga yang berkuasa. Sejarah agama Buddha di Jepang
dikelompokkan ke dalam tiga periode,yakni :
- Periode
kedatangan
(abad ke
6-7), mencakup periode Asuka dan Nara
- Periode
nasionalisasi
(abad 9-14),
mencakup periode Aeian dan Kamakura
- Periode
lanjutan (abad
15-20),
mencakup periode Muromachi, Momoyama, dan Edo serta zaman modern.
• Periode kedatangan
Manifestasi
agama Buddha pada periode ini adalah penyesuaian (adaptasi) terhadap
kepercayaan asli bangsa Jepang, yakni agama Shinto. Para bhikṣu pada masa
ini harus dapat melaksanakan upacara keagamaan bersamaan dengan upacara
pemujaan nenek moyang. Secara bertahap agama Buddha dapat mempertahankan diri
dan berkembang di antara rakyat banyak tanpa menyisihkan agama Shinto.Penerapan
ajaran agama Buddha dari China oleh Jepang berdasarkan latar belakang karakter
kebudayaan China, di mana agama Buddha diterima oleh keluarga kaum aristo¬crat.
Kaum aristocrat di Jepang pada waktu itu adalah kaum intelektual. Begitu kaum
aristocrat menerima agama Buddha, maka penyebarannya ke seluruh negeri
berlangsung dengan cepat.
Beberapa penguasa
di Jepang pada zaman kuno menerima agama Buddha sebagai pedoman hidup. Pangeran
Shotoku (574-621), di bawah pemerintahan Ratu Suiko banyak berperan dalam
perkembangan agama Buddha di Jepang, misalnya dengan mendirikan Vihāra Horyuji
dan menulis banyak komentar mengenai ketiga kitab suci agama Buddha.Pada
periode ini tercatat enam aliran agama Buddha yang diperkenalkan dan berkembang
di Jepang.
• Periode
nasionalisasi
Periode ini
diawali dengan munculnya dua aliran agama Buddha di Jepang, yaitu
aliran
Tendai oleh Saicho (797-822) dan aliran Shingon oleh Kukai (774-835). Tujuan
dari para pendiri aliran tersebut adalah agar agama Buddha dapat diterima oleh
rakyat Jepang.Selama pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha
telah menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama
ini dan membuat patung Buddha yang besar di Nara serta menjadikannya sebagai
pusat kebudayaan nasional. Di tiap propinsi dibangun pagoda-pagoda dan sistem
pembabaran Dhamma yang efektif sesuai dengan keadaan setempat.Sekte Kegon (Huan
Yen) versi Jepang memberikan ideologi Buddhis baru bagi negara. Selama pemerintahan
Nara terdapat 6 sekte yang berkembang di Jepang. Sekte Kagon (sekte Hwaom
Korea) adalah sekte yang mempunyai pandangan dan kepercayaan bahwa semua yang
ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang terwujud di dalam tubuh
Buddha. Pandangan dan kepercayaan ini didasarkan pada Avatamsamkasutra.
Pendidikan dan pemikiran Ritsu terutama lebih ditekankan pada disiplin (vinaya)
serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang
ideal yang diperkenalkan adalah apa
yang
diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya pada peranan umat seperti penjelasan
dalam Vimalakitri Sutra. Dengan adanya cara penyelamatan yang ideal ini menjadi
jelas bagi raja bahwa rohaniawan terlalu banyak berperan dan aktif di dalam politik.
Agama Buddha Jepang yang berkarakter Jepang terus berlangsung dan dapat
didengar dalam pendidikan dan pemikiran baru dari masa Huan. Kompleks Vihāra Tendai di
atas pegunungan Hie dikenal sebagai cikal bakal dari agama Buddha di dalam
menyelamatkan keamanan negara.
Aliran
Shingon adalah salah satu bentuk dari aliran Tantra yang diperkenalkan kepada Jepang
oleh Bhikṣu Kukai di awal abad ke-9. Agama Buddha
Shingon menentukan penyatuan dari pemeluknya dengan Buddha (persatuan
Kawula-Gusti) dalam berbagai macam bentuknya.Dalam perkembangan sekte-sekte
Buddhis, Tendai dan Shingon bercampur baur dengan agama Shinto yang nampak
dalam penyatuan pemujaan dewa Shinto dan dewa-dewa dalam agama Buddha, sehingga
terjadi persekutuan pemujaan.
Gerakan dalam
agama Buddha terjadi pada abad ke-10 dengan munculnya kepercayaan
terhadap
Buddha Amitābha. Banyak orang yang memeluk
kepercayaan ini
karena
kesederhanaan ajaran, yakni dengan mengucapkan ”Amitābha Buddha”
secara
berulang-ulang akan terlahir di Tanah Suci (Sukhavati). Kemudian gerakan
lain banyak
muncul pada abad ke-13 karena banyak didorong oleh cita¬-cita umat
awam untuk
mencapai kemurnian dan kesederhanaan ajaran maupun caranya.
Pandangan
ini banyak dianut oleh para petani dan prajurit.
Setelah tahun
1500,agama buddha jepang tidak lagi berjalan mulus. Kekuatan kreatifnya
telah
memudar dan kekuatan politiknya telah terpecah. Nabunaga menghancurkan
kubu tendai
di heizen pada tahun 1571,dan hideyoshi melakukannya pada pusat
shingon
besar di negoro pada tahun 1585.Dibawah pemerintahan tokugawa
(1603-1867),konfusianisme bangkit kembali. Kemudian pada abad ke-18, shintoisme
yang militan
bangkit
kembali.agama budha surut ke belakang layar,organisasi dan aktivitas
para biksu
diawasi pemerintah dengan hati-hati,untuk menjamin pendapatan-pendapatan wihara
dan pada saat yang sama mencegah berkembangnya kehidupan yang independen di
dalamnya.agama budha tenggelam dalam keadaan yang lamban.tetapi tradisi sekte
ini tetap berlanjut.sekte zen menunjukan kegairahan.pada abad ke-17,hakuin
memperkenalkan kehidupan baru kepada sekte rinzai dan sekte ini menganggapnya
sebagai pendiri kedua ; pujangga basho mengembangkan gaya puisi baru.pada tahun
1655,sekte zen yang ketiga,obakhu masuk dari china dan tetap menggunakan
karakter-karakter khas china.tahun 1868 agama budha amat diabaikan dan dalam
waktu singkat sepertinya agama ini akan
musnah.tapi
setelah tahun 1890,pengaruhnya kembali meningkat dan pada tahun
1950,dua
pertiga dari penduduk menganut salah satu sekte utama.adaptasi
terhadap
kehidupan moderen dan terhadap persaingan dengan umat kristen lebih
banyak
terjadi disini dari pada di negara-negara budha lainnya.pada tahun-tahun
terakhir,zen
jepang menarik banyak perhatian di eropa dan amerika,dan penafsir
yang sangat
baik adalah D.T.Suzuki.Pada zaman Kamakura mulai timbul
feodalisme
di Jepang. Aliran-aliran agama Buddha yang tumbuh dalam
suasana
feodalisme tersebut di antaranya adalah Zen yang diperkenankan oleh
Eisai
(1141-1215), Dogen (1200-1253) serta Nichiren yang didirikan oleh
Nichiren
(1222-1282).
•
Perkembangan Nichiren
Pada abad ke-13,
agama Buddha di Jepang menghasilkan seorang pembaharu yakni Bhikṣu Nichiren
(1222-1282). Pemimpin yang memiliki kharisma ini mengajarkan bahwa keselamatan
dapat dicapai dengan mengucapkan kata-kata suci NamaMyohorengekyo
(terpujilah
Sadharmapundarika Sūtra) dan beliau tidak ragu-ragu untuk
mengkritik orang lain. Ramalan Nichiren mengenai bangsa Mongol yang akan menyerang
Jepang menyebabkan sekte ini terkenal di Jepang.Dalam sekte Nichiren terdapat
dua kelompok yang besar.
• Periode
Lanjutan
Dengan berakhirnya
periode Kamakura, maka di Jepang tidak terdapat perkembangan
agama yang
berarti, kecuali meluasnya beberapa aliran.Pada zaman Edo
(1603-1867),
agama Buddha sudah kembali menjadi agama nasional di bawah
perlindungan
Shogun Tokogawa. Pada masa pemerintahan Shogun Tokogawa,
agama Buddha
di Jepang menjadi tangan (alat) dari pemerintah. Vihāra
sering
digunakan sebagai pendataan dan pendaftaran penduduk dan dijadikan salah
satu cara
untuk mencegah penyebaran agama Kristen yang oleh pemerintah
feodal
dianggap sebagai ancaman politik.
Agama Buddha
tidak begitu populer di kalangan masyarakat pada masa pemerintahan Meiji
(1868-1912).
Pada waktu itu, muncul usaha untuk menjadikan Shinto
sebagai
agama negara, yang dilakukan dengan cara memurnikan ajaran Shinto
yang telah
bercampur dengan agama Buddha, dan untuk itu dibutuhkan suatu
penyelesaian.
Cara yang dilakukan antara lain dengan menyita tanah vihāra
dan
membatasi gerak-gerik para bhikṣu.Keadaan tersebut berubah setelah
restorasi Meiji pada tahun 1868, agama Buddha menghadapi saingan dari agama
asli, Shinto. Namun hal itu dinetralisir dengan kebebasan memeluk agama yang
diberikan oleh undang-undang dasar Jepang.
B. Agama Buddha
di Korea
Agama Budha
masuk pertama kali ke Korea terjadi pada tahun 373 SM, ketika raja So-su-rim
dari kerajaan Kokuryo menguasai seluruh belahan utara semenanjung Korea dan
sebagian besar kawasan Mancuria. Agama Budha menjadi agama induk di Korea,
sehingga
kebudayaan
Korea Kuno tidak bisa lepas dari agama Budha. Agama Budha sendiri
mencapai
puncak kejayaan di Korea selama 300 tahun pada masa kerajaan Silla
bersatu yang
didirikan pada tahun 668 SM. Wilayah teritorial kerajaan Silla
bersatu
meluas sampai ke garis yang menghubungkan Pyongyang dan Wong-san, dan
beribukota
di Kyong-ju. Pada masa Silla bersatu, agama Buddha menjadi agama
nasional.
Jika ditinjau dari peninggalan-peninggalan yang masih ada, kerajaan
Silla sangat
unggul dalam arsitektur agama Budha, di samping barang-barang
keramik di
masa kerajaan Kokuryo dan tulisan indah di masa kerajaan Lee.
Agama Budha merupakan
rumus filsafat yang tinggi, karena bertujuan untuk memperoleh
kebersihan
jiwa dengan penolakan nafsu-nafsu duniawi dan menghindari adanya
kebangkitan roh-roh
jahat dan membawa roh-roh suci ke dalam Nirwana. Korea
memiliki
6.700 kuil Budha, termasuk 1.600 candi besar dan kecil. Hampir di
setiap
kompleks candi dan kuil Budha di Korea terdapat sebuah kuil kecil yang
terletak
dekat dengan ruangan utama tempat sembahyang. Lukisan seorang tua yang
berjanggut
putih panjang dengan ditemani seekor harimau jinak menghiasi dinding
kuil kecil
tersebut. Lukisan tersebut mendapat pengaruh dari kepercayaan
Tauisme.
Sebenarnya sejak masuknya agama Budha ke Korea, sangat sedikit
masyarakat
yang mau bersembahyang, untuk itulah maka didirikan kuil kecil yang
dapat
digunakan untuk sembahyang. Karena menurut kepercayaan Tauisme, sembahyang
di Kuil agar
anak laki-laki atau suaminya lulus ujian. Melahirkan anak
laki-laki, menjaga
kesehatan anggota keluarga dan juga untuk menambah anggota
keluarga.
Dengan kepercayaan semacam itu, banyak orang yang mengunjungi candi
dan mampir
ke kuil kecil untuk sembahyang.
Terdapat
sekitar 29 juta orang beragama Buddha di Korea. Hal ini bearti bahwa agama
Budha merupakan agama terbesar di Korea, terbukti menurut penanggalan imlek,
yakni
tanggal 8
bulan keempat diperinagti hari lahirnya Budha Gautama.
Agama Budha di
Korea sendiri beraliran Mahayana. Rakyat Korea dikenal sangat cinta
terhadap kesenian
dan selalu berusaha untuk memahirkannya. Oleh karena itu,
peninggalan-peninggalan
kebudayaan agama Buddha memiliki sifat kesenian yang
tinggi dan
khas. Di antara peninggalan-peninggalan kebudayaaan agama Buddha di
Korea selain
arsitektur Buddha, ukiran patung-patung Buddha merupakan ciptaan
yang sangat
bermutu. Untuk itu, sampai sekarang rakyat Korea sangat
membanggakan
seni itu kepada masyarakat dunia Patung-patung Buddha
mencapai
puncak keindahannya pada masa Silla bersatu. Salah satu yang menjadi
kebanggaan
rakyat Korea adalah patung-patung batu dari batu granit yang
terletak di
gua kuil suci Sok-Gul-am di puncak gunung To-ham di kota Kyong-ju,
ibu kota
kerajaan Silla bersatu. Patung yang terbesar dan indah dan mengarah ke
timur
didirikan pada tahun 752. Rakyat menganggap patung tersebut adalah patung
yang paling
unggul di Korea. Pada tahun 1995, UNESCO menetapkan patung tersebut
sebagi salah
satu peninggalan kebudayaan manusia. Bahan-bahan yang digunakan
untuk
patung-patung Buddha ukuran besar di Korea adalah besi, perunggu, kayu
yang disepuh
emas, dan emas murni, di samping batu besar.Sementaraitu,
patung-patung
ukuran kecil dibuat dari perunggu, sepuhan emas, emas murni, atau
tanah liat
mengkilat.
Selain agama
Budha, masyarakat Korea khususnya para ibu rumah tangga selalu sembahyang di
hadapkan pada semangkuk air yang berisi air jernih yang diletakan di tempat
suci di belakang rumah mereka. Setiap pagi hari, Ibu meletakan semangkuk air di
belakang
rumah dan bersembahyang dalam keadaa yang masih sepi. Mereka
memanjatkan
doa agar anggota keluarga di berikan kesehatan dan keselamatan
serta
keberhasilan suami dan anak-anaknya dalam tugasnya masing-masing.
Langganan:
Postingan (Atom)