Selasa, 22 Mei 2012

TRIPITAKA, CATUR ARYA SATYANI DAN HUKUM KARMA


TRIPITAKA, CATUR ARYA SATYANI DAN HUKUM KARMA
 Tripitaka
Tripitaka (bahasa Pali: Tipitaka; Bahasa Sansekerta: Tripitaka) merupakan istilah yang digunakan oleh berbagai sekte Buddhis untuk menggambarkan berbagai naskah kanon mereka. Tripitaka pada mulanya mengandung tiga “keranjang” akan berbagai pengajaran: Sutra Pitaka (sanskrit; Pali: sutta pitaka), Vinaya Pitaka (Sanskrit & Pali) dan Abdhidharma Pitaka (sanskrit; Pali: Abdhidhamma Pitaka).
Dalam buku What Buddhis Believe yang ditulis oleh K. Sri Dhammananda dijelaskan: Tripitaka adalah kumpulan ajaran-ajaran Sang Buddha lebuih dari 45 tahun dalam bahasa Pali, dan terdiri dari pengajaran Sutta konvensional, Vinaya disiplin kode dan Abidhamma psikologi moral
Dhamma mengajarkan kita bagaimana caranya melaksanakan baik dan bagaimana caranya untuk menghindari perbuatan jahat. Dhamma mengajarkan kita tentang cinta kasih dan kasih sayang, tentang perasaan senang melihat kebahagiaan orang lain, membina keseimbangan batin, yang dapat menciptakan adanya keserasian antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat. Dhamma mengajarkan tentang sebab penderitaan dan jalan untuk membebaskan diri dari cengkraman penderitaan.
Dalam mempelajari Dhamma terdapat tiga tingkatan, yaitu tingkatan belajar (Pariyatta), tingkat mengamalkan Dhamma (Pattipatta), dan yang terakhir kita sampai pada tingkat tujuan atau mencapai hasil (Pativetta).
                                               
a.    Kitab Suci Vinaya Vitaka
Kitab ini berisi peraturan tata tertib yang wajib dilaksanakan oleh para Bikkhu yang juga berisi tentang kehidupan Sang Buddha, dan terdiri atas Sutra Vibanga, Khandaka dan Parivara.
b.    Kitab Suci Sutta Pitaka
Sutta Pitaka terdiri dari wacana yang disampaikan oleh Buddha sendiri di berbagai kesempatan. Ada juga beberapa wacana disampaikan oleh beberapa murid-Nya yang dibedakan, seperti Yang Mulia Sariputta, Ananda, Mogallana, dan lain-lain termasuk yang didalamnya ini khotbah yang terkandung didalamnya yang telah diuraikan sesuai dengan kesempatan yang berbeda dan tempramen dari berbagai orang yang berbeda pula. Mungkin tampaknya ada pernyataan yang kontradiktif, tetapi mereka tidak menyalahartikan karena diucapkan oleh Sang Buddha untuk memenuhi tujuan tertentu).
Sutta Pitaka terdiri atas  lima “kumpulan” (nikaya) atau buku, yaitu:
a.    Digha Nikaya
b.    Majjhima Nikaya
c.    Anguttara Nikaya
d.    Samyutta Nikaya
e.    Khuddaka Nikaya



C.   Abidhamma Pitaka
Abidhamma Pitaka berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis dan mencakup berbagai bidang, seperti: ilmu jiwa, logika, etika, metafisika. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid buku, yaitu:
f.     Dhammasangani
g.    Vibhanga
h.    Dhatukatha/ Katha Vatthu
i.     Puggalapannatti
j.     Kathayatthu
k.    Yamaka
l.     Patthana

II. Catur Arya Satyani (Cattari Ariya Saccani)
Diartikan sebagai empat kesunyataan suci. Sang Buddha Gautama telah mengajarkan secara singkat Empat Cattari Ariya Saccani, yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma, yaitu :
1.    Kesunyataan suci tentang Dukkha (Dukkha Ariyasacca)
2.    Kesunyataan suci tentang asal mula Dukkha (Dukkhasanudaya Ariyasacca)
3.    Kesunyataan suci tentang Lenyapnya Dukkha (Dukkhanirodha Ariyasacca)
4.    Kesunyataan suci tentang jalan menuju Lenyapnya Dukkha (Dukkhanirodhagamini-patipada Ariyasacca)


III.     Hukum Karma
Hukum karma ialah  salah satu ajaran yang penting dalam agama Buddha. Hukum karma merupakan ajaran yang amat dalam dan rumit, maka untuk itu dibutuhkan suatu uraian yang rinci untuk memahaminya.
Sehubungan dengan keberadaan alam semesta dengan segala isinya menurut ajaran agama Buddha, adalah diatur oleh sebuah hukum universal yang berlaku di semua alam kehidupan. Hukum universal ini adalah Dhammaniyana. Terdapat lima hukum untuk mengetahui cara kerja hukum universal:
1.    Utu Niyama
2.    Bija Niyama
3.    Kama Niyama
4.    Citta Niyama
5.    Dhamma Niyama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar